Welcome

Hai semua!

Welcome To My Blog!

Selasa, 27 September 2011

KORBAN KEBAKARAN PASAR BARU, Stok Terbakar, Mimpi Kandas

HARAPAN untuk meraup untung dari berjualan pakaian muslim menjelang Ramadhan datang, akhirnya buyar. Lisniani (50) pun kehilangan air mata untuk menangis, tenggorokannya seperti tercekik ketika melihat ruko miliknya perlahan dilalap si jago merah di kawasan Pasar Baru Padang, Sabtu petang lalu.
Lisnani menuturkan bahwa dia baru saja membeli stok untuk menyambut datangnya bulan puasa dan lebaran. “Minggu (10/7) lalu saya pergi dengan anak saya Sandri ke Bukittinggi. Saya mengajaknya berbelanja ke Pasar Aur Kuning membeli pakaian dan jilbab. Kami belanja sampai Rp12 juta,” tuturnya kepada Haluan.
Didampingi adiknya Yulnelis, perempuan itu tak kuasa menahan isak. Ia menceritakan bahwa seluruh barang yang dibelinya di Bukittinggi itu kini sudah jadi abu, tak bersisa sepotong juapun. Semakin ditanya, semakin tak bisa ia menceritakan dengan lancar.

PROF. DR. AMRI BAKHTIAR, MS, DESS, APT, Ribuan Miniatur Parfum Unik jadi Koleksi

DILIHAT dari luar, rumah yang berada di komplek Wisma Utama D3/10, Pulau Air, Kota Padang, terlihat sama seperti rumah-rumah yang ada di komplek itu. Di luar, ada taman kecil dan garasi yang non-permanen.
Namun jika Anda memasuki ruang tamu rumah tersebut dan duduk di sana, Anda akan terkesima melihat sesuatu yang berada di dalam dua lemarinya. Satu lemari yang lumayan besar, berdiri di sudut ruangan dan yang kecil tertempel di dinding.
Ada sesuatu yang menarik di dalamnya, yakni aneka jenis botol dan miniatur parfum yang unik koleksi Prof. Dr. Amri Bakhtiar, MS, DESS, Apt. Di antaranya ada botol parfum yang berbentuk menara Eiffel dan pipa rokok.

Senin, 26 September 2011

BIG BANG PAINTING SHOES, Hobi Melukis Sepatu yang Bawa Rezeki

JIKA dilihat dari luar rumah yang berada di Jalan Dalam Gadung No 35 RT 03 Rw 01 Lubuk Begalung, Kota Padang itu, sama seperti rumah kebanyakan di komplek tersebut. Tak ada yang menyangka bahwa tempat tersebut merupakan sebuah tempat usaha.
Namun setelah anda masuk ke dalam rumah tersebut, anda akan melihat beberapa sepatu lukis yang sangat menarik. Berawal dari hobinya Priyandra Prima Putra (21), Andrianof Yunet (21), dan Ade Okta Senda (21) dari jurusan Elektro Universitas Andalas (Unand) menggambar di buku tulis ketika belajar, kini mereka membuka usaha sepatu lukis.

NURMATIAS, Cinta Bulu Tangkis

BULU tangkis atau badminton banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Olahraga itu tak hanya disukai oleh kaum hawa, tetapi juga oleh kaum adam. Salah satu pecinta yang hobi bermain Bulu Tangkis itu ialah Drs. Nurmatias (41) kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT), Padang.
Kepada Haluan ia mengatakan, olahraga itu dapat menyehatkan tubuh bagi dirinya. “Sejak saya bermain bulu tangkis, tidur menjadi nyenyak, badan menjadi sehat, tetapi makan juga enak. Tak hanya itu saja, olahraga dapat mengurangi kolesterol dan menyehatkan tubuh,” ujarnya yang membuat suasana menjadi renyah.

ASRIAL SYARIF, PETANI BUAH NAGA, Untuk Kebutuhan Padang Saja Tak Terpenuhi

BUAH yang satu ini disebut buah naga, mungkin karena memiliki sisik yang mengingatkan orang pada ular naga di mitos-mitos berbagai bangsa. Kini buah nada sedang naik daun, tren, dan menjadi salah satu buah-buah yang berkelas.  Sering digunakan dalam acara Imlek untuk persembahan pada dewa-dewa.
Banyak petani kita yang membudidayakannya. Selain harganya yang menggiurkan, permintaan pasar cukup besar. Secara bisnis, menanam buah naga sangat prospektif. Buah naga, masuk keluarga kaktus, konon berasal dari Meksiko, Amerika Selatan. Penyebarannya demikian pesat ke berbagai Negara. Buah naga ditanam secara komersial di Vietnam dan Australia.
Buah naga mempunyai beragam nama, antara lain pir strawberi, buah kaktus, pitaya, pitahaya, atau kaktus orkid. Dua spesies yang sering ditanam secara komersial ialah Hylocereus undatus (isi putih) dan Hylocereus polyrhizus (isi merah). Yang paling banyak diminati adalah buah naga yang kulitnya berwarna merah.
Adalah Asrial Syarif, salah petani buah naga, yang kini membuka kebun naga Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Setelah sekian puluh tahun bergelut di dunia perbankan, masa pensiunnya kini diisi dengan membuka usaha kebun buah naga.
“Prospek cukup bagus. Permintaan buah naga di pasaran cukup tinggi. Sementara pasokan dari petani buah naga sangat terbatas. Wajar saja jika harganya sekilo mencapai tiga puluh ribu rupiah, malah bisa lebih,” kata Asrial Syarif, saat membuka perbincangan  dengan  Haluan di kebunnya.
Sebelum terjun ke dunia perkebunan,  Asrial Syarif berkecimpung di Bank Nagari atau dulu disebut Bank Pembangunan Daerah (BPD). Terakhir dia menjabat sebagai kepala cabang Bank Nagari di Kota Solok, Provinsi Sumatera Barat.

BENGKEL SENI TRADISIONAL MINANGKABAU (BSTM), Keluar Negeri dengan Budaya Minang

BUDAYA negeri sendiri, ternyata bisa mengantarkan banyak orang untuk berkeliling dunia. Setidaknya, itu telah dibuktikan oleh mahasiswa dan mahasiswi yang umumnya mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Andalas (FS Unand), yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Melalui tarian, mereka bisa ke luar negeri dengan gratis.

MAPASTRA UNAND, Serunya Mounteneering ke Gunung Tandikek


Hobi mendaki gunung (mounteneering), ternyata sangat menyenangkan bagi mereka yang hobi menaklukkan gunung. Tak heran bila di berbagai daerah atau bahkan di kampus-kampus, sering muncul klub-klub pencinta alam, dengan kegiatan utama menaklukkan berbagai pegunungan di berbagai daerah.
Salah satunya adalah Mahasiswa Pecinta Alam Sastra (Mapastra) Universitas Andalas yang melakukan Ekspedisi untuk memenuhi proses menjadi anggota penuh di Mapastra. Ekspedisi tersebut dilakukan di Gunung Tandikek. “Dulu memakan waktu sekitar 5 hari,” ungkap Wahyu Rahmatika (23) anggota Mapastra Unand.
Ekspedisi dalam Mapastra sendiri merupakan suatu jenjang proses bagi anggota baru sebelum ujian keanggotaan dan menjadi anggota penuh. Ekspedisi dilakukan Mapastra apabila anggota baru telah melewati beberapa proses seperti Pendidikan Dasar (Diksar) dan Ujian Siswa Menengah.  Jenis ekspedisi kali ini yaitu  mountaineering atau rimba gunung dengan tujuan pemetaan flora dan Fauna di Gunung Tandikek.
Gunung Tandikek merupakan salah satu gunung dari gugusan Triarga. Gunung Tandikek terletak di Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar. Ketinggian gunung ini yaitu 2437 mdpl dengan status gunung berapi aktif dan ditutupi oleh hutan hujan tropis.
Mounteneering dalam arti luas adalah suatu perjalanan, mulai dari hill walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit. “Dengan memakan waktu yang lama, bahkan sampai berbulan-bulan, Mounteneering merupakan gabungan dari semua bentuk pendakian. Disamping harus menguasai teknik pendakian dan pengetahuan tentang peralatan pendakian, juga harus menguasai manajemen perjalanan, pengaturan makanan, komunikasi, strategi pendakian, dan lainnya,“ tutur Ari Fajri, 22, salah seorang  anggota Mapastra.

TIGER OWNER’S PADANG, Tak Sekadar Ngumpul

Tiger Owner’s Padang tak cuma sekedar ngumpul saja. Kegiatan sosial juga digandrungi para biker’s tersebut.
“Pada acara ulang tahun Tiger Owner’s Padang tanggal 27 Juli 2011 yang lalu, kami pergi ke salah satu panti asuhan yang ada di Kota Padang, untuk menyerahkan sumbangan berupa materi. Selain itu, pasca gempa di Mentawai tahun 2010, kami juga memberikan bantuan melalui pelabuhan Teluk Bayur. Galodo di Batu Sangkar tahun 2009, kami memberikan sumbangan sembako kepada para korban. Dan bantuan gempa berupa sembako juga di Pariaman. Pemberian bantuan tersebut, tak menentu waktunya, tetapi setiap ada bencana, kami pasti membantu para korban,” kata Vembrido Syafutra selaku Sekretaris Tiger Owner’s Padang.

Lubuak Tampuruang yang Menunggu Sentuhan

Bagi sebagian masyarakat yang tinggal di perumahan Belimbing, Kecamatan Kuranji, Kota Padang dan sekitarnya, pemandian Lubuak Tampuruang sudah tak asing lagi. Setiap hari libur, maupun di sore hari lokasi yang satu ini cukup ramai dikunjungi.
Terdapat sebuah air terjun kecil di obyek wisata yang persis berada Kampung Guo itu. Bentuknya seperti kolam tempurung besar berukuran sekitar 6 x 6 meter, dan dengan kedalaman sekitar 4 meter. Karena bentuk pemandiannya yang seperti tempurung, oleh sebab itu dinamakan Lubuak Tampuruang. “Dari dulu orang sini menyebutnya Lubuk Tempuruang,” tutur Riki (15), masyarakat setempat yang bersekolah di SMKN 5 Padang.

ARIF KAMIL DAN IKAN CUPANGNYA, Hobi yang Mendatangkan Hasil

Kalau dilihat dari depan, rumah Arif Kamil (29) seorang pemilik toko emas H. Kamili itu, hampir sama saja dengan kebanyakan rumah-rumah yang ada di Jalan Belanti Barat 3 no. 17, Lolong, Kota Padang.
Namun, berbeda halnya ketika anda memasuki rumahnya lewat sebelah kanan rumah itu. Anda akan melihat berbagai aquarium, yang bermacam bentuknya, ada yang bentuk kotak dan bundar, ada yang besar dan kecil. Ada apa dalam aquarium itu?
Telisik punya telisik, setelah Haluan mencoba mengkroscek informasi dari Arif Kamil, baru diketahui bahwa di dalam berbagai aquarium itu, terdapat ikan Cupang Giant kesukaannya. Rumah tersebut dijadikan tempat fram ikan Cupang Giant yang diternakkannya.

AKAMARU PADANG J-COMMUNITY, Komunitas Penggemar Jepang Terbesar di Padang

Berawal dari ada Radio Ray Station Kota Padang yang menyiarkan lagu-lagu Asia, dan banyak yang ngerequest lagu-lagu tersebut, lalu Akamaru pun terbentuk.
“Penyiarnya mas “Kuro” sekaligus pendiri Akamaru, saat itu dia menghimbau anak-anak yang suka Jejepangan buat ngumpul di radio itu. Pertama sih dikit yang datang, kalau gak salah sekitar 10 orang. Kemudian lama-kelamaan nyebar dari radio dan mulut kemulut. Dan akhirnya banyak yang ngumpul, lalu berdirilah Akamaru pada tahun 2004 (gak tau kapan tanggal dan bulannya). Kalo untuk anggota saat ini udah lumayan banyak sih. Ada nyampe sekitar 200 lebih lah terdaftar,” kata Mas kuro.  “Dia ingin menciptakan sesuatu yang beda dari yang lainnya,” tutur Armando Pratama Putra Wakil Akamaru Padang J-Community kepada  Haluan.

MELLYSZA L. FRIMA, Koleksi Lebih dari 1000 Komik

Berbeda dengan gadis pada umumnya. Biasanya para gadis pergi shopping (belanja), membeli baju, celana, dan asesoris. Namun, berbeda dengan gadis yang satu ini. Dia, Mellysza L. Frima yang akrab dipanggil Icha, Aoi, dan Arale ini, hobi membaca komik. “Saat ini sekitar 1000-an komik ada di kamar saya,” ucap mahasiswi UNP itu kepada Haluan.
“Saya dari jaman SD memang udah doyan baca. Perpus SD udah habis dijelajahi. Yah medan penjelajahannya sih cuma buku2 cerita bergambar waktu itu. Awal suka komik itu kalau gak salah sejak kelas 4 SD. Itupun gara-gara baca komik Dragon Ball punya abang sepupu saya, Bang Iqbal sama Bang Aan. Ternyata baca komik asyik juga. Setelah itu, saya nyoba baca komik Detektif Conan (punya abang sepupu juga). Awalnya sih gak tertarik, tapi setelah dibaca baik-baik saya jadi luar biasa penasaran sama kelanjutannya (saya masih ingat komik Conan pertama yang saya baca itu jilid 25).

EGGY TRIANA, Dua Tahun Pelihara Hamster


Jika dilihat dari luar rumah yang berada di Pondok Permai, Jalan Merpati 1 Blok K no. 4, Ulu Gadut, Kota Padang itu, hampir sama dengan rumah-rumah disekitarnya. Namun, ketika anda masuk ke dalam rumah itu, anda akan terkaget karena ada binatang lucu dan menggemaskan di lantai 2 rumah tersebut.
Apakah itu? Ya, itu dia si Hamster. Binatang yang hampir mirip dengan tikus itu di pelihara oleh Eggy Triana semenjak 2 tahun yang lalu di beberapa kandang yang dibelinya lewat internet dan aquarium.
Dia beralasan memelihara Hamster, karena binatang lucu itu menggemaskan dan menarik hatinya. “Awalnya cuma gemes sering liat orang jualan hamster di depan matahari dulu, ketika aku masih kelas 3 SD di Alang Lawas, lalu aku mikir kayaknya asik kalau aku punya satu yang bisa dijadikan teman main. Namun di masa itu saya belum boleh melihara Hamster, karena masih kecil. Lalu, pada akhir tahun SMP sampai saat ini saya kelas dua di SMA 9 kelas IPA 1, saya diperbolehkan untuk memeliharanya. Saya dikasih 3 ekor Hamster oleh Aminah teman saya yang sekolah di SMA 5. Awal-awalnya sih aku agak geli memegangnya, tapi lama kelamaan malah kecanduan bawa main hamsternya, abis ngegemesin dan pinter juga,” tuturnya yang membuat suasana menjadi renyah.

Senin, 09 Mei 2011

Balap Liar Makan Korban


Balap liar yang kerap berlangsung di Jalan Khatib Sulaiman makan korban. Seorang penunggang sepeda motor bebek BA 4615 ST , Riyan (17) tewas setelah bertabrakan dengan sepeda motor lainnya, Honda Mega Pro BH 2538 MF, tepat di depan Kantor Grapari Telkomsel, Padang, Minggu (8/5) sekitar pukul 03.40 WIB. Riyan yang sempat tak sadarkan diri di jalanan akhirnya tewas di RS M Djamil, dua jam berselang. Sementara pengemudi sepeda motor lainnya, selamat dari maut.
Kasat Lantas Polresta Padang Kompol Andiyatna SIK menyebutkan pihaknya memang melakukan patroli rutin di kawasan tersebut. Melihat mobil patroli Lalu Lintas bergerak ke arah Tabing, sejumlah pembalap liar berupaya menghindar.

Sabtu, 07 Mei 2011

PAK TUA PENJUAL SAPU LIDI KELILING; Suntuk jika Tetap Bertahan di Rumah

MESKI dengan tubuh yang tua dan renta, namun dia tetap bersemangat mengayuh sepeda untuk menjual sapu lidinya. Dia tetap mempertahankan alat tradidisonal tersebut. Panas terik matahari, tak menjadi halangan baginya berkeliling menjual dagangannya tersebut. Dari rumahnya yang berada di Sungai Tarung, Kelurahan Bungo Pasang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, ia berkeliling masuk gang keluar gang hingga ke daerah Siteba lalu memutar ke daerah Rao menjual dagangannya tersebut.
"Dari pagi, sekitar jam 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB berkeliling menjual sapu ini. Sebelum jam 9 pagi itu, saya membantu istri kedua, Ida (40) berjualan di warung kecil rumah saya. Setelah itu, saya pun pergi berkeliling," ujar lelaki tua bernama Basri (75), yang akrab dipanggil Si Ri tersebut.
Meski anak-anak dari istri pertamanya Ros (60) yang berada di Jakarta melarangnya, namun ia tetap berjualan. Jika itu tidak dijalaninya, dia merasa suntuk di rumah. Selain itu pada masa mudanya, dia juga berprofesi sebagai pedagang.

Minggu, 01 Mei 2011

Peringatan Meninggalnya Chairil Anwar


PERINGATAN meninggalnya penyair Chairil Anwar yang digelar mahasiswa Fakultas Sastra Unand bersama elemen unit kesenian lainnya, pada Kamis (28/4) lalu tak berjalan maksimal. Pasalnya, secara mendadak, Pembantu Rektor 3 Unand Novesar Jamarun, menskor acara dengan alasan banyaknya sampah dan punting rokok yang berserakan di ruang Lantai I PKM Unand. Ruang ini memang sebagai area bebas rokok.

Sabtu, 30 April 2011

Skateboard dan BMX Mulai Berkembang

Skateboard dan BMX termasuk ke dalam olahraga rekreasi. Olahraga ini dapat memberikan hiburan bagi orang yang melihat maupun yang berkecimpung dalam dunia olahraga tersebut. Dalam perkembangan olahraga rekreasi khususnya Skateboard untuk wilayah Sumatera Barat sudah cukup berkembang, karena telah ada amatirannya yang tersebar ke luar pulau Sumatera, bahkan ridernya dari Sumatera Barat tersebut telah dikontrak oleh pihak luar. Sedangkan untuk olahraga BMX sendiri, belum mengalami perkembangan karena, olahraga ini bagi masyarakat banyak masih dianggap permainan anak-anak dalam bentuk sepeda, hal itu sangat disayangkan. Padahal olahraga BMX dan Skateboard itu sendiri bagaikan adik kakak. “Karena nama-nama trik yang dilakukan itu sama seperti, dalam BMX ada trik yang dinamai Manual di Skateboard juga ada, di BMX ada trik yang bernama three sixty di Skateboard juga ada," ujar Tomie Ganjal selaku ketua organisasi Lab-B Street Revolution yang mencakup dua komunitas Tongseng Skateboard dan Ganjal BMX.
Usaha pengembangan olahraga itu sendiri masih terbilang belum maksimal oleh Lab-B Street Revolution, karena mereka masih mengalami kebingungan mau dibawa kemana arah organisasi ini. "Dalam organisasi Lab-B Street Revolution sendiri terdiri dari dua jenis olahraga yakni, BMX dan Skateboard. Sedangkan di pusat sendiri, dua olahraga ini dipisah. Hal ini dapat dilihat dari organisasi Indonesian Skateboarding Association (ISA) dan Association BMX Indonesia (ABI). Dalam dua organisasi pusat tersebut, kalau Skateboard, ISA lah organisasinya. Sedangkan BMX, ABI lah organisasinya. Oleh karena itulah organisasi Lab-B Street Revolution mengalami kebingungan. Langkah kedepan yang akan dilakukan ialah kami harus siap dalam organisasi yang berkecimpung di bidang ini," ujar pemuda yang berambut ikal ini.

Jumat, 29 April 2011

Rumah Gadang: Lakang Dek Paneh, Lapuak Dek Hujan


KONDISI UMUM rumah gadang atau rumah asal hampir penjuru nagari di Sumatera Barat memprihatinkan. Sebagian besar sudah roboh, lapuk, dan hilang. Rumah gadang sebagai salah satu bentuk ikatan komunal atau pesukuan, nyaris tak berfungsi lagi. Apa yang menjadi faktor penyebabnya?
Pergeseran pola hidup masyarakat Minang menjadi salah satu penyebab mulai hilangnya pola dan fungsi-fungsi ruang di rumah gadang (rumah adat Minangkabau). Pergeseran itu tidak lepas dari meningkatnya aktivitas masyarakat Minang khususnya yang masih menggunakan rumah gadang sebagai fasilitas hunian.
Dari beberapa nagari-nagari, wartawan  Haluan melaporkan, kondisi rumah gadang sudah banyak yang roboh, berganti dengan bangunan lain dengan arsitektur yang disesuaikan dengan zaman kekinian. Yang memiriskan, banyak rumah gadang dibiarkan hancur dan ditelan lapuk tanpa penghuni.
Nagari Batipuah Baruah, Tanah Datar
Dari Nagari Batipuah Baruah, Tanah Datar, dilaporkan, salah satu pesukuan suku Koto di Jorong Ladang Laweh, dahulunya memiliki sebuah rumah gadang sembilan ruang  selajang kudo berlari. Di rumah gadang itulah penghulunya bergelar Dt Berbangso melakukan rapat-rapat dengan anak kemenankan. Bertahun-tahun, di rumah gadang itu tinggal beberapa keluarga, tetapi kini tinggal cerita. Rumah gadang itu kosong melompong dan lapuk.
“Sebab semuanya kini sudah tinggal di rumahnya masing-masing. Rumah gadang semakin goyah dan menunggu rubuh. Rumah gadang kami sudah lapuk karena sudah lebih usianya 100 tahun, dan belum ada rencana membangun baru,” Kata Dt Berbangso kepada Haluan, Kamis (31/3) di Batipuah Baruah.
Menurutnya, kini membangun rumah gadang seperti masa lalu memang sulit dilakukan. Kalaupun ada bangunan rumah gadang atau rumah asal yang baru, itupun kebanyakan dibangun oleh perantau yang berhasil. Bagi orang yang tinggal di kampung, membangun atau merehabilitasi rumah gadang terasa berat pada biaya.
“Jangankan membangun rumah gadang, sawah penyandang gelar saja sudah banyak tergadai akibat melemahnya ekonomi masyarakat. Menurut adat menggadai itu sebenarnya  hanya boleh dilakukan bila rumah gadang katirisan (atap bocor), mayat terbujur di tengah rumah, dan anak gadih alun balaki (bersuami),” kata HMA Dt Rangkai Basa, Ketua Kerapatan Adat Nagari Batipuh Baruah.
Bagi HMA Dt Rangkai Basa, kini yang perlu dipikirkan bersama bagaimana fungsi rumah gadang bisa hidup kembali. Artinya kalangan penghulu pesukuan bisa merumuskan persoalan-persoalan yang terjadi di tengah pesukuan masing masing dengan memungsikan rumah gadang.
Di Batipuh Baruah misalnya, dahulu terdapat  19 buah rumah gadang menurut jumlah pesukuan dari 7 suku yang terdapat di Batipuh Baruah. “Dan rumah gadang itu, sebagian terancam roboh,” katanya.
Nagari Kota Gadang, Agam
Dari Agam dilaporkan, ternyata mencari rumah gadang di nagari-nagari belahan barat Agam ini cukup sulit karena sebagian besar rumah asal sudah hancur dimakan zaman, dan hilang dibongkar pemiliknya.

RANDU OKITO WIJAYA: Mahasiswa Buka Usaha



BEGITU  banyak pemuda-pemudi, hanya sibuk dengan dunia kampus atau sekolah maupun bermain di luar rumah sambil menghambur-hamburkan uang orang tuanya.
Lain halnya dengan pemuda yang satu ini. Pada saat sekarang dia masih berstatus mahasiswa, telah berani membuka usaha sendiri berupa toko yang dimodali oleh keluarganya.
Usaha yang dirintisnya semenjak empat bulan yang lalu melalui tokonya ini antara lain, tempat pembayaran rekening listrik, telepon, speedy (internet), servis komputer serta menjual asesoris komputer, menjual makanan dan minuman serta rokok secara kecil-kecilan, kertas print, serta tabung gas.
“Prospek ke depan yang bagus daripada usaha yang lain, serta karena saya berkuliah di jurusan Sistem Komputer di Universitas Putra Indonesia (UPI), menjadi alasan saya mengapa memilih membuka usaha ini,” tandas pemuda yang bernama Randu Okito Wijaya (22), yang akrab dipanggil Randu ini.

Wanita Penambang Pasir di Sungai Gunung Nago


TERIK panas matahari tak menjadi halangan bagi wanita beranak satu itu dalam melakukan pekerjaannya sebagai penambang pasir. Dia menambang pasir di sungai Gunung Nago, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Dia menggeluti pekerjaan itu dari pagi hingga sore hari. Kepala pusing setelah mengangkat pasir itu dengan ember besar, tak menjadi halangan baginya dan dia tetap bekerja di kemudian harinya. Sungguh wanita muda yang mandiri, walaupun ada suaminya namun dia tetap bekerja di sungai itu. Ala-sannya memilih pekerjaan itu karena, ingin membantu-bantu suaminya dan tak ingin bermenung di rumahnya. Selain itu, persoalan ekonomi dan kurangnya pendidikan yang dia alami juga menjadi faktornya memilih pekerjaan itu.
Pekerjaan itu dibantu oleh suaminya Ali Amran (26) yang akrab dipanggil Aran. Namun tak jarang dia mengerjakannya sendirian.
Mulai dari merendamkan diri di sungai, mengambil pasirnya dengan skop lalu dikumpulkan ke ban dalam bekas yang telah diolah sedemikian rupa untuk menampung pasir tersebut, hingga diangkatnya pasir itu dengan ember melalui jalan yang terjal ke tepi jalan. Wanita muda itu bernama Fitria Ningsih (22) yang akrab dipanggil si Pit.

Selasa, 26 April 2011

Lab-B UNP Gelar Kejuaraan Skateboard dan BMX


Dalam rangka mempererat tali silaturahim Lab-B Street Revolution Balai Bahasa Universitas Negeri Padang (UNP) menggelar kejuaaran skateboard dan BMX dengan tema Together as one (bersama untuk satu tujuan) ini dilaksanakan di Markas Besar Lab-B Street Revolution di UNP, Air Tawar Padang, Minggu (24/4).
Pada kategori Game Hours Skate dijuarai oleh Febri dari komunitas Minang Skateboarding Association (MSA) Gor. Pada kategori Game of Skate, terpilih sebagai pemenang ialah Rio dari komunitas MSA juga. Sedangkan yang menjadi pemenang pada kategori Best Trick ialah Aldi.
Pada kategori lain yakni BMX, juara satu dimenangkan oleh Tomie Ganjal, juara dua oleh Rendra dari komunitas Bukit Tinggi BMX, dan juara tiga dimenangkan oleh Husni dari komunitas SID-X Medan. Trophy yang diterima ialah berupa piala dan uang.
Kegiatan yang dilaksanakan di markas besar Lab-B Street Revolution ini, walaupun dengan fasilitas seadanya, namun mereka tetap bisa melaksanakannya. Selain kendala minimnya fasilitas, datangnya hujan serta gerimis juga menjadi kendala lain dari kegiatan ini. Karena datangnya hujan tersebut, kegiatan berhenti sementara di siang dan sore hari, serta Fun Game yang direncanakan untuk kategori Skateboard juga tidak dapat dilaksanakan.

Selasa, 12 April 2011

Melongok Usaha Batu Nisan: Tak Pernah Sepi Pesanan

Dibawah bengkel kerja sederhana yang berada disamping jembatan Purus, terlihat seorang lelaki tua yang gigih mengolah batu nisan, pusara, dan prasasti. Dengan sendok semen dia mengaduk dan mengolah karyanya tersebut.
Lelaki tua itu bernama Burhan (64), yang akrab dipanggil Buyuang Tando (Buyung Tanda). Pekerjaan membuat batu nisan, pusara, dan prasasti menjadi mata pencahariannya untuk menghidupi keluarganya.
“Ini usaha orangtua saya sejak 1953. Setelah beliau meninggalkan kami, tahun 1995 saya melanjutkan pekerjaan ini,” ujarnya pada Haluan, Senin (11/4) dengan bangga.
Pria yang akrab disapa Buyuang Tando ini sangat optimis menggeluti usaha ini. Dari usaha ini sebulannya ia bisa menggantongi 5 juta rupiah. Itu angka minimal, jika banyak orderan, dalam sehari ia bahkan kadang-kadang menerima 3 juta dalam sehari. “Seharinya, minimal 2 pesanan nisan, harganya 300-an,” terangnya.

Senin, 11 April 2011

Pasar Malam Ramai Dikunjungi

Terjadinya permasalahan di Pasar Raya Padang berdampak terhadap meningkatnya penjualan pedagang di pasar malam Jalan Bypass-Balai Baru, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Harga murah, produk berkualitas merupakan faktor yang menyebabkan mereka eksis menjual dagangannya. Walaupun mereka menjual dagangannya di malam hari, namun pembeli tetap saja banyak.
Hal itu dikarenakan para pembeli sibuk beraktifitas di siang hari, baik itu di kantor, sekolah, maupun yang lainnya, sehingga pasar malam menjadi ramai dikunjungi pada malam hari.
Walaupun banyak pesaing, namun para pedagang itu tetap bertahan cukup lama. Terhitung mulai tahun 2004 bertahan hingga sekarang di Jalan Bypass-Balai Baru itu.
"Saya membuka tokonya sekitar pukul 15:30 WIB. Toko di tutup sekitar jam 23:00 WIB di hari biasa (Senin-Jum'at), sedangkan di hari libur (Sabtu dan Minggu) hingga pukul 24:00 WIB," ujar salah seorang pedagang.

Senin, 04 April 2011

MUHAMMAD NUR, PENGAJAR FAKULTAS SASTRA UNAND: LKAAM Harus Menaruh Perhatian Serius


Benarkah pergeseran pola hidup masyarakat Minangkabau, menjadi penyebab hilangnya pola dan fungsi-fungsi ruang di rumah gadang?
Ya, benar sekali. Saya juga mendapatkan kabar tersebut. Pergeseran pola hidup Minangkabau, khususnya Sumbar, menjadi penyebab hilangnya pola dan fungsi-fungsi dari rumah gadang. Hal itu dikarenakan gaya hidup masyarakat yang modern dan kecenderungan masyarakat membangun rumah gadang seperti gaya rumah modern saat ini. Rumah gadang dulunya diagungkan oleh masyarakat Minangkabau di masing-masing nagari, namun sekarang dianggap tidak terlalu penting. Hal ini dapat dilihat dari kondisi-kondisi Rumah Gadang yang semakin lapuk dan tak terurus.
Apa yang melatarbelakangi permasalahan ini, sehingga Rumah Gadang kehilangan marwahnya?
Hancurnya Rumah Gadang dan nagari-nagari yang ada di Sumbar ini dan hilangnya marwahnya dilatarbelakangi oleh tiga faktor. Pertama, kecenderungan faktor umur dari Rumah Gadang tersebut. Kedua, biaya pemugaran atau pun pembangunan Rumah Gadang, membutuhkan biaya yang mahal. Ketiga, kecenderungan masyarakat Minangkabau untuk pergi merantau.
Apakah robohnya Rumah Gadang sekaligus merobohkan adat dan kebudayaan Minang?

Pantai ATB Dipenuhi Sampah


Kondisi kawasan pantai di sepanjang Kelurahan Air Tawar Barat (ATB), Kecamatan Padang Utara tidak sedap dipandang mata karena di tempat ini banyak ditemukan berbagai jenis sampah hingga bangkai binatang seperti ayam, kucing, dan anjing.

"Bangkai Ayam paling sering ditemukan oleh masyarakat. Baunya sangat menyengat dan menganggu pernapasan," kata warga pantai Parkit, Kelurahan Air Tawar Barat, Syamsir Alam (60) Minggu (3/4).

Dari pengakuannya, sebagian besar dari bangkai yang ditemukan warga, langsung dikuburkan. Namun tidak jarang pula, bangkai itu tetap dibiarkan. "Memang ada inisiatif dari warga untuk membersihkannya. Akan tetapi masalah itu hampir terjadi tiap hari, sehingga membuat warga jadi tidak peduli lagi," ujarnya.

Balap Liar Terus Menggila


Balapan liar di Jalan Khatib Sulaiman membuat warga resah. Pasalnya, selain membawa kendaraan dengan kecepatan tinggi dan ugal-ugalan, knalpot racing motornya juga membuat bising telinga yang mendengar. Tidak jarang pula, pengendara kendaraan lain menjadi terganggu, oleh aktifitas balap liar tersebut.

Sabtu, 02 April 2011

Pengembangan Bakat Melalui Street Sport



              Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak bagi kami. Hal itu dikatakan Jojo (19 tahun), mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) angkatan 2009, dalam memandang aktivitas skateboard sebagai wadah untuk pengembangan bakat dan bersosialisasi.
              Jojo adalah  anggota Komunitas Balai Bahasa Extreme Sport. Komunitas yang berdiri sekitar 5 bulan lalu ini mencakup berbagai kegiatan seperti atraksi sepeda BMX dan Skateboard. Komunitas yang telah beranggotakan 37 orang, mayoritas berasal dari warga kampus UNP.
Keterbukaan, kebersamaan dan tanpa memandang status apa pun ditanamkan dalam interaksi sosial dari dalam maupun  luar komunitas ini. Komunitas yang acapkali berkumpul dan mengekspresikan bakatnya di kampus UNP dan bukanlah pemandangan yang asing bagi warga UNP di setiap sore pada hari perkuliahan. Dengan menampilkan freestyle yang menarik  menjadi hiburan tersendiri untuk mengendorkan syaraf otak mahasiswa, karena seharian bergelut dengan teori dan metode akademik.

Selasa, 29 Maret 2011

Penjual Lompong Sagu Keliling: Dorong Anak-anaknya Untuk Lebih Baik


Dengan mengayuh sepeda bututnya, lelaki tua itu setiap hari keliling menjajakan penganan tradisional di kawasan Air Tawar, Kota Padang. Langganannya, mahasiswa yang tinggal di kawasan kampus Universitas Negeri Padang (UNP). Mereka akrab benar dengan teriakan; Lompong sagu! Lompong sagu! yang biasa diteriakkan lelaki tua itu. Berhujan-berpanas, bagi dia tak menjadi halangan. Hidup adalah bekerja keras, motto yang menjadi pegangan hidupnya.
Namun, siapa sangka, buah ketekunannya berusaha menjajakan lompong sagu itu, tak hanya mampu menghidupi keluarganya, tetapi juga berhasil mengantarkan anak-anaknya ke jenjang kesuksesan. Lelaki tua itu, akrab disapa Pak Mon. Lengkapnya, Pak Armon.
“Alhamdulillah, meski tidak selaris yang dulu, karena sekarang sudah banyak pilihan penganan, pelanggan lompong sagu tetap ada. Asal tekun berusaha, rezeki tetap ada diberi oleh Yang Maha Kuasa,” ujar Pak Mon, sembari menyeka keringatnya.