TERIK panas matahari tak menjadi halangan bagi wanita beranak satu itu dalam melakukan pekerjaannya sebagai penambang pasir. Dia menambang pasir di sungai Gunung Nago, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Dia menggeluti pekerjaan itu dari pagi hingga sore hari. Kepala pusing setelah mengangkat pasir itu dengan ember besar, tak menjadi halangan baginya dan dia tetap bekerja di kemudian harinya. Sungguh wanita muda yang mandiri, walaupun ada suaminya namun dia tetap bekerja di sungai itu. Ala-sannya memilih pekerjaan itu karena, ingin membantu-bantu suaminya dan tak ingin bermenung di rumahnya. Selain itu, persoalan ekonomi dan kurangnya pendidikan yang dia alami juga menjadi faktornya memilih pekerjaan itu.
Pekerjaan itu dibantu oleh suaminya Ali Amran (26) yang akrab dipanggil Aran. Namun tak jarang dia mengerjakannya sendirian.
Mulai dari merendamkan diri di sungai, mengambil pasirnya dengan skop lalu dikumpulkan ke ban dalam bekas yang telah diolah sedemikian rupa untuk menampung pasir tersebut, hingga diangkatnya pasir itu dengan ember melalui jalan yang terjal ke tepi jalan. Wanita muda itu bernama Fitria Ningsih (22) yang akrab dipanggil si Pit.
Pasir yang telah dikumpulkan di tepi jalan itu, tak jarang juga terlantar hingga sebulan lamanya. Karena terlalu banyaknya pasir yang telah dikumpulkan disaat setelah sungai banjir. Disaat-saat seperti itulah dia mengalami masa yang paling paceklik.
"Pasir tersebut kami jual kepada pembeli yang datang menawar langsung ke tempat pasir dikumpulkan, namun tak jarang juga kami yang menyewa mobil, lalu menjualnya ke pembeli secara langsung. Sehingga keuntungan yang didapatkan tidak besar,”katanya.
Menurut Pit, satu onggok pasir itu dijualnya dengan harga Rp75 ribu saat permintaan sepi. Namun saat pasir banyak yang ditambang orang sehingga pasir banyak terkumpul di tepi jalan, pasir tersebut mereka menjualnya dengan harga Rp60 ribu.
“Pendapatan tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, namun bagaimana lagi? Terhitung sebanyak satu onggok ialah 75 ember. Badan saya letih dan kepala saya sering sakit," ujarnya.
Ia mengaku telah menggeluti pekerjaan itu sejak tahun 2009 hingga sekarang. Kalau cuaca terlalu panas, suaminya melarang beraktifitas. Tapi kalau tidak terlalu panas, pit akan membantu suaminya.
"Walaupun kami telah menghasilkan uang sendiri, namun saya sangat mengharapkan bantuan dari pe-merintah, agar kehidupan kami menjadi sejahtera.
Selain itu saya juga mengharapkan mendapatkan pekerjaan yang lain karena, penghasilan dari pekerjaan ini tidak mencukupi," ujarnya
Tulisan Saya di Koran Haluan (29/4/2011)
Check Halaman 15
Check Halaman 15
Karena si Pit tidak mau diekspos wajahnya, jadi saya tidak bisa mendapatkan fotonya
BalasHapus