Hobi mendaki gunung (mounteneering), ternyata sangat menyenangkan bagi mereka yang hobi menaklukkan gunung. Tak heran bila di berbagai daerah atau bahkan di kampus-kampus, sering muncul klub-klub pencinta alam, dengan kegiatan utama menaklukkan berbagai pegunungan di berbagai daerah.
Salah satunya adalah Mahasiswa Pecinta Alam Sastra (Mapastra) Universitas Andalas yang melakukan Ekspedisi untuk memenuhi proses menjadi anggota penuh di Mapastra. Ekspedisi tersebut dilakukan di Gunung Tandikek. “Dulu memakan waktu sekitar 5 hari,” ungkap Wahyu Rahmatika (23) anggota Mapastra Unand.
Ekspedisi dalam Mapastra sendiri merupakan suatu jenjang proses bagi anggota baru sebelum ujian keanggotaan dan menjadi anggota penuh. Ekspedisi dilakukan Mapastra apabila anggota baru telah melewati beberapa proses seperti Pendidikan Dasar (Diksar) dan Ujian Siswa Menengah. Jenis ekspedisi kali ini yaitu mountaineering atau rimba gunung dengan tujuan pemetaan flora dan Fauna di Gunung Tandikek.
Gunung Tandikek merupakan salah satu gunung dari gugusan Triarga. Gunung Tandikek terletak di Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar. Ketinggian gunung ini yaitu 2437 mdpl dengan status gunung berapi aktif dan ditutupi oleh hutan hujan tropis.
Mounteneering dalam arti luas adalah suatu perjalanan, mulai dari hill walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit. “Dengan memakan waktu yang lama, bahkan sampai berbulan-bulan, Mounteneering merupakan gabungan dari semua bentuk pendakian. Disamping harus menguasai teknik pendakian dan pengetahuan tentang peralatan pendakian, juga harus menguasai manajemen perjalanan, pengaturan makanan, komunikasi, strategi pendakian, dan lainnya,“ tutur Ari Fajri, 22, salah seorang anggota Mapastra.
Menurut dia, kegiatan dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering terbagi menjadi tiga bagian. “Pertama, Hill Walking / Fell Walking, Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai dan yang tidak atau belum membutuhkan peralatan-peralatan khusus yang bersifat teknis. Kedua, Scrambling, Pendakian pada tebing- tebing batu yang tidak begitu terjal atau relatif landai, kadang-kadang menggunakan tangan untuk keseimbangan. Bagi pemula biasanya dipasang tali untuk pengaman jalur di lintasan. Dan ketiga, Climbing, kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik khusus.
Peralatan teknis diperlukan sebagai pengaman. Climbing umumnya tidak memakan waktu lebih dari satu hari. Bentuk kegiatan climbing ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu Rock Climbing dan Snow & Ice climbing. Klasifikasi pendakian berdasarkan tingkat kesulitan medan yang dihadapi (berdasarkan Sierra Club). “Kelas 1: berjalan tegak, tidak diperlukan perlengkapan kaki khusus (walking). Kelas 2: medan agak sulit, sehingga perlengkapan kaki yang memadai dan penggunaan tangan sebagai pembantu keseimbangan sangat dibutuhkan (scrambling). Kelas 3: medan semakin sulit, sehingga dibutuhkan teknik pendakian tertentu, tetapi tali pengaman belum diperlukan (climbing). Kelas 4: kesulitan bertambah, dibutuhkan tali pengaman dan piton untuk anchor/penambat (exposed climbing). Kelas 5: rute yang dilalui sulit, namun peralatan (tali, sling, piton dll), masih berfungsi sebagai alat pengaman (difficult free climbing). Kelas 6 : tebing tidak lagi memberikan pegangan, celah rongga atau gaya geser yang diperlukan untuk memanjat. Pendakian sepenuhnya bergantung pada peralatan (aid climbing),” tambahnya.
Pada awalnya ekspedisi ini diadakan pada 17 Februari 2011 dengan lokasi gunung Talamau dengan tiga orang ekspeditor yaitu Haris Sukri (SM/051/MPS), Sari Gusmayeni (SM/052/MPS), Ari Fajri (SM/053/MPS). Dalam perjalanan pra ekspedisi salah seorang anggota tim kami yaitu saudara Haris Sukri mengundurkan diri karena ada suatu hal penting yang harus dia urus, maka tinggal kami berdua untuk melaksanakan ekspedisi itu,” ujarnya sambil melayangkan ingatannya ke masa lalu tersebut.
Pada hari Senin, 7 Maret 2011 mereka berembuk bersama pengurus Mapastra guna membahas kesiapan kami dalam menghadapi Ekspedisi itu. “Pada hari itu kami ditanyakan tentang persiapan perlengkapan dan kesiapan fisik serta mental untuk menghadapi perjalanan. Untuk kesiapan mental dan fisik kami rasa kami sudah siap namun untuk kesiapan perlengkapan kami masih kurang. Perlengkapan standar dalam pendakian gunung terbagi atas tiga macam, yaitu perlengkapan bergerak, perlengkapan diamdan perlengkapan tambahan.
Untuk perlengkapan bergerak antara lain terdiri atas baju, celana, topi, sepatu, ransel, dll. Sedangkan untuk perlengkapan diam antara lain terdiri dari tenda, penerangan, peralatan masak, dll. Dan perlengkapan tambahan antara lain kamera, bandana, kaca mata, dan lainnya. Sementara perlengkapan yang kami miliki hanya perlengkapan berjalan dan beberapa perlengkapan tambahan serta logistik konsumsi dan medis. Maka mulai hari itu hingga hari keberangkatan kami berusaha meminjam perlengkapan kepada kawan-kawan baik itu yang dari dalam Mapastra sendiri hingga luar dari Mapastra. Akhirnya kami dapat melengkapi perlengkapan berkat pertolongan saudara Haris Sukri dan juga saudara Tomi Handriawan dari Mapala Unand.
“Sehari menjelang keberangkatan kami kembali berkumpul untuk membahas persiapan akhir dan teknis keberangkatan. Pada hari keberangkatan yaitu Kamis 10 Maret 2011, rencana keberangkatan yang awalnya pada pukul 10.00WIB terpaksa tertunda karena pendamping ekspedisi kami ada urusan yang harus diselesaikan dan juga pada hari itu kami baru tahu kalau lokasi Ekspedisi diganti karena tidak ada hal yang harus kami hadapi apabila kami ekspedisi di gunung Talamau. Maka pada hari itu lokasipun berubah ke gunung Tandikek.” tambah Ari.
Kegiatan yang kami lakukan yaitu memfoto flora dan fauna yang terdapat di sepanjang jalur pendakian berdasarkan ketinggian. Dari setiap ketinggian yang kami tempuh memiliki perbedaan flora dan fauna tertentu. Misalnya untuk kawasan pintu rimba dipenuhi oleh tanaman perkebunan dan pertanian. Pada ketinggian 1900-an banyak ditumbuhi oleh pepohonan besar seperti salah satunya kayu surian. Pada ketinggian 2000-hingga puncak masih terdapat pepohonan besar namun ditutupi oleh lumut dan tumbuhan paku, kami juga menemukan bunga anggrek dan beberapa macam jamur. Untuk fauna kami menemui burung Elang, kupu-kupu, capung, kera, dan beberapa burung-burung kecil.
“Suatu hal yang sangat menyenangkan saat kami telah mencapai puncak dari Tandikek. Rasa takjub kami terhadap keindahan yang diberikan Tuhan kepada kawah Tandikek sehingga kata yang keluar saat pertama kali sampai yaitu kata-kata syukur dan pujian-pujian terhadap Tuhan,” tutur mereka kepada Haluan.
Keindahan Kawah tandikek yang mempunyai kedalaman sekitar 50 meter itu memiliki berbagai warna yang berasal baik itu dari kepulan asap, belerang, air, pasir, batu dan tumbuhan yang tumbuh di sekitar kawah. Saat sampai salah satu dari kami dan seorang pendamping menyempatkan diri untuk turun kekawah yang indah itu. Pada malam harinya saat kami sedang asik bercengkrama tiba-tiba hujan turun dengan lebat sehingga membuat suasana menjadi dingin namun masih untung api unggun yang kami buat bersama pendamping baranya tidak padam dan pagi harinya kami di sambut oleh cerahnya langit sehingga semua yang basah dapat kering kembali. Setelah berjemur kami menyempatkan diri untuk turun ke kawah dan juga sedikit menelusuri goa yang terdapat didalam kawah. Setelah dari kawah kami kembali mengambil gambar flora yang terdapat disekitar kawah dan kembali ke kemah untuk persiapan turun. Saat akan turun, kami bertemu dengan sekelompok anggota Mapala Swarna Dvipa Ungu (SDU) fak. Peternakan Unand dan kami sempat berfoto bersama. Lalu kami melanjutkan perjalanan hingga sampai menjelang pintu Rimba hari hujan dan kami bersegera berteduh di sebuah kedai tempat dimana kami menitipkan sepeda motor saat sebelum memulai pendakian. Dan kemudian kami melanjutkan untuk melapor dan kembali ke Padang.
“Suatu hal yang dapat kami petik dari perjalanan kami. Apabila kita menjaga kebersihan alam kita akan selalu mendengar kicauan burung, meminum air yang jernih mencim harumnya bunga dan melihat keindahan ciptaan Tuhan. Selain itu karena kemauan kami dan berkat dukungan dari saudara-saudara baik itu dari Mapastra ataupun dari KPA atau Mapala lain dan kawan-kawan maka tujuan kami dapat tercapai dan kami sangat berterima kasih kepada mereka,” tutup mereka.
http://issuu.com/haluan/docs/hln030711(halaman 23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar