Welcome

Hai semua!

Welcome To My Blog!

Senin, 26 September 2011

BENGKEL SENI TRADISIONAL MINANGKABAU (BSTM), Keluar Negeri dengan Budaya Minang

BUDAYA negeri sendiri, ternyata bisa mengantarkan banyak orang untuk berkeliling dunia. Setidaknya, itu telah dibuktikan oleh mahasiswa dan mahasiswi yang umumnya mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Andalas (FS Unand), yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Melalui tarian, mereka bisa ke luar negeri dengan gratis.

Meskipun hanya sebagai UKM yang bersifat Universitas, tetapi gaung atau pengaruhnya telah terasa di Indonesia, bahkan telah sampai ke luar negeri. Buktinya, pada 30 November hingga 6 Desember 2008 lalu, BSTM melakukan pertunjukan di Singapura dan Malaysia. “Di Singapura selama satu hari dan enam hari di Malaysia. Kami disana hadir dalam mengisi acara kunjungan intelektual mahasiswa Unand ke salah satu Universitas di Singapura dan UITM Malaysia. Pada saat itu, turut hadir mantan Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sastra (BEM FS), mantan Pembantu Rektor III (PR 3) Unand Badrul Mustafa, dan masing-masing Pembantu Dekan III (PD 3) yang ada di Unand. Pada saat itu, 10 orang dari BSTM mengisi acara tersebut,” tutur Andri Syaputra (25) mantan ketua BSTM, yang kini menjadi pelatih dan Steering Commite BSTM.
Berikutnya, pada tanggal 7-10 Juli 2010 yang lalu, BSTM mengisi kegiatan di Thailand. “Kami mengisi acara konferensi Crisu-CUPT, yakni temu rektor se-Asia yang ke 5 di Thailand. Pada saat itu, 12 orang dari BSTM mengisi acara tersebut. Kalau ditanya perasaan, kami merasa senang, bangga, dan gembira. Namun, di sisi lain, kami mengambil hikmah dari mengisi acara tersebut, yang mana orang luar negeri tersebut kalaupun mengisi acara yang tak terlalu besar, tetapi mereka mempersiapkan dengan profesional, sedangkan kami melakukan persiapan masih setengah-setengah. Meskipun begitu, pertunjukan yang kami berikan berjalan lancar. Pada saat selesai acara di Thailand, Singapura, dan Malaysia, banyak dari mahasiswa terkagum dan bertanya-tanya bagaimana cara melakukan seni pertunjukan oleh BSTM tersebut,” tutur lelaki yang akrab dipanggil Andri.
Selain di luar negeri, mereka juga pernah mengisi kegiatan di Jakarta dan Bandung. “Di Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung dalam rangka temu perantau minang di kota Bandung tersebut, dan di Taman Nasional Indonesia Indah (TMII) Jakarta, kami diberikan sambutan yang baik dari khalayak disana,” tambah lelaki berkulit putih tersebut.
Di sisi lain, BSTM sering mengisi acara-acara,  di fakultas, universitas, dan acara-acara lainnya. “Di dunia kampus, BSTM sering menjadi wahana dan persembahan seni yang diundang dalam berbagai acara, baik acara akademik hingga acara lainnya yang terselenggara di Unand. Contohnya dalam acara-acara seminar, BSTM diundang untuk menampilkan persembahannya sebagai wahana hiburan. BSTM sering tampil dalam acara penyambutan tamu-tamu kehormatan yang berkunjung ke Unand, seperti penyambutan para Dubes Australia, Malaysia, dan lain-lainnya. BSTM tentunya dapat memberikan andil besar dan partisipasinya dalam acara kampus, khususnya Fakultas Sastra. Selain itu, BSTM juga pernah melatih mahasiswa dari Korea,” tutur mantan ketua BSTM lima periode, dari tahun 2005 hingga 2009 tersebut.
Penggagas BSTM terdiri dari Mahasiswa Fakultas Sastra jurusan Sasindo dan Sasda angkatan 98 dan 99, serta Ivan Adillah dosen Sasindo. “BSTM berdiri pada tahun  1999. Penggagasnya antara lain Zulfadli, Ramzul, Remon, Satria, Pak Ivan dosen Sasindo FS Unand, dan lainnya. Pada awalnya, mereka dilatih oleh Edi, anggota dari Indo Jalito,” tuturnya.
BSTM yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa jurusan Sastra Daerah (Sasda), Sastra Indonesia, dan Dosen dari Sasindo tersebut, terdiri dari berbagai divisi. “Pertama, Divisi Tari, yang saat ini mempelajari tari Payuang Bapencak, Pasambahan, Galombang, Piriang, Suka Ria, Indang, Rantak, dan Alang Babega, yang menjadi Koordinatornya ialah Dewi Ayunda. Kedua, Divisi Randai, yang cerita randainya terdiri dari Baniah Sisiak Jo Ilalang karya Kanizar Chan, Kaki Takabek Tangan Baelo karya Irwandi, Karang Manis jo Magek Pilihan dan Palito Alam Jo Kambang Bungo editan Singo Barantai, dan yang menjadi Koordinatornya ialah Wahyudi Rahmat. Yang ke tiga adalah Divisi Musik. Peralatan musiknya terdiri dari melodi dua set, akor dua set, bass/canang dua set, gandang empat set, jimbe satu, bansi, dan saluang, yang menjadi Koordinatornya ialah Aditya Putra Sapta. Sedangkan yang menjadi Ketua BSTM saat ini ialah Fandi Pratama. Untuk anggota pasif maupun aktif terdiri dari 200-an orang,” kata Andri Syaputra selaku mantan ketua BSTM itu.
Kegiatan ini, menjadi semacam hobi bagi mereka. Karena itu, mereka melakukan latihan hampir tiap hari di FS Unand. “Kami latihan hari Senin, Kamis, dan Jum’at jam sekitar jam 17.30 WIB, serta Sabtu sekitar jam 10.00 WIB di FS Unand. Jam tersebut dipilih karena umumnya seluruh jajaran BSTM telah selesai kuliah. Sedangkan yang melatihnya ialah anggota lama, dan yang mengaturnya ialah koor-dinator masing-masing. Koordinator mengundang anggota lama, yang mana dari mereka yang akan melatih. Latihan tersebut bertujuan agar pada saat pertunjukan terselenggara, kami selaku mahasiswa yang berkecimpung di BSTM tak kaku di saat pertunjukan itu,” tambahnya.
Sayangnya, gaung BSTM yang tak telah sampai ke taraf internasional tersebut, tak sebanding dengan peralatan yang mereka miliki. “Peralatan yang kami miliki seperti Talempong, Bansi, Gandang, dan lainnya tersebut merupakan peralatan yang masih dari tahun 1999 awal berdirinya BSTM. Hal tersebut berdampak terhadap performa musik yang dihasilkan,” kata Andri dengan nada rendah.
Melalui haluan, harapan BSTM yang diwakili oleh Andri tersebut terlontar dengan lancar. “Saya selaku perwakilan dari BSTM berharap agar para pejabat di kalangan Jurusan, Fakultas, dan Universitas, serta instansi lainnya memberikan bantuan kepada BSTM. Kalau tak bisa memberikan bantuan dana, bantuan berupa alat pun kami terima. Kalau memang ada dana, berikanlah dana tersebut kepada BSTM, agar peralatan yang kami miliki baru dan menghasilkan performa musik yang maksimal. Budaya yang kita miliki mesti dilestarikan dan dibantu, jangan sampai Malaysia telah mengambil alih, baru marah-marah,” tutupnya berharap.  ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar