BUAH yang satu ini disebut buah naga, mungkin karena memiliki sisik yang mengingatkan orang pada ular naga di mitos-mitos berbagai bangsa. Kini buah nada sedang naik daun, tren, dan menjadi salah satu buah-buah yang berkelas. Sering digunakan dalam acara Imlek untuk persembahan pada dewa-dewa.
Banyak petani kita yang membudidayakannya. Selain harganya yang menggiurkan, permintaan pasar cukup besar. Secara bisnis, menanam buah naga sangat prospektif. Buah naga, masuk keluarga kaktus, konon berasal dari Meksiko, Amerika Selatan. Penyebarannya demikian pesat ke berbagai Negara. Buah naga ditanam secara komersial di Vietnam dan Australia.
Buah naga mempunyai beragam nama, antara lain pir strawberi, buah kaktus, pitaya, pitahaya, atau kaktus orkid. Dua spesies yang sering ditanam secara komersial ialah Hylocereus undatus (isi putih) dan Hylocereus polyrhizus (isi merah). Yang paling banyak diminati adalah buah naga yang kulitnya berwarna merah.
Adalah Asrial Syarif, salah petani buah naga, yang kini membuka kebun naga Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Setelah sekian puluh tahun bergelut di dunia perbankan, masa pensiunnya kini diisi dengan membuka usaha kebun buah naga.
“Prospek cukup bagus. Permintaan buah naga di pasaran cukup tinggi. Sementara pasokan dari petani buah naga sangat terbatas. Wajar saja jika harganya sekilo mencapai tiga puluh ribu rupiah, malah bisa lebih,” kata Asrial Syarif, saat membuka perbincangan dengan Haluan di kebunnya.
Sebelum terjun ke dunia perkebunan, Asrial Syarif berkecimpung di Bank Nagari atau dulu disebut Bank Pembangunan Daerah (BPD). Terakhir dia menjabat sebagai kepala cabang Bank Nagari di Kota Solok, Provinsi Sumatera Barat.
Menurutnya, pemerintah harus mendorong petani atau kelompok tani tertarik bertanam buah naga karena kebutuhan masyarakat terhadap buah yang satu ini cukup tinggi “Indak cukuik-cukuik do. Bara dibawok habis,” katanya.
Ia menjelaskan, sebelum bertani buah naga itu, beberapa langkah-langkah harus dilakukan agar tak gagal dalam berkebun dan berbisnis buah naga ini. Sebelum sungguh-sungguh terjun ke dunia buah naga ini, Asrial Syarif mengaku mencari informasi sebanyak mungkin tentang buah naga ini, baik lewat internet maupun diskusi-diskusi dengan orang lain.
“Akhirnya, semua pengetahuan dan informasi itu, saya jalankan dan terapkan. Semua yang direncanakan berjalan dengan baik. Beberapa orang mulai berkonsultasi dengan saya seputar masalah dan cara berkebun buah naga itu,” terangnya sambil tertawa renyah.
Banyak yang menelepon dari luar Sumatera Barat untuk berbagi pengalaman. “Banyak yang menelepon untuk berkonsultasi mengenai buah naga, baik itu dari penjual bibit, petani buah naga, maupun yang lainnya, meskipun pada saat itu saya masih mempelajarinya dari internet saja. Lumayanlah untuk menambah-nambah jaringan. Ada yang dari Batam, Jakarta, Padang, Solok, Sulawesi, dan lainnya. Berkat konsultasi gratis itu, saya juga mendapatkan ilmu dari petani yang lain. Hal itu saya mulai sekitar sebulan sebelum membuat kebun buah naga di Lubuk Minturun ini,” tutur bapak enam anak tersebut sambil menunjukkan beberapa nomor handphone penjual bibit maupun penjual buahnya, dan lainnya.
Dia berkebun buah naga, baru berjalan setahun lebih. “Saya mulai berkebun semenjak, Juni 2010 setelah pensiun dari kepala cabang Bank Nagari di Solok,” ungkap pria kelahiran Bukittinggi 12 Januari 1954 tersebut.
Areal kebun yang dia miliki cukup luas yang terdiri dari dua petak kebun. Ada yang luasnya tujuh ratus enam puluh bujur sangkar, terbagi dalam dua petak. Pertama kebun yang dimulai semenjak satu tahun yang lalu, dan delapan bulan yang lalu. Hal itu ia sengaja agar panennya tidak serempak.
Selain itu, ia juga membuat kebun yang baru, luasnya hampir sama, sekitar satu bulan. “Karena luas kebunnya cukup, saya mencoba metode penanaman baru dengan jarak 75 cm x 75 cm. Sebenarnya dalam teorinya 2 m x 2 m, tetapi karena kebun di dalam kota, saya mesti mengakalinya. Saya memakai sistem jemuran dan tiang panjang,” tandasnya di kebunnya yang berada di Lubuk Minturun itu.
Secara teknis dia menjelaskan bahwa memelihara buah naga, tak terlalu sulit. “Cukup diberi 1/4 kg pupuk organik atau pupuk kandang/bulan agar tanah tetap subur dan buah lebih tahan lama. Adapun cara lainnya, pupuk fermentasi (pupuk yang diendap dalam drom 200 liter dengan tiga karung pupuk selama 15 hari) yang bisa untuk 500 batang. Kalau masalah air, buah naga tak perlu terlalu banyak air. Pokoknya airnya tak boleh tergenang di kebun itu. Karena buah naga kan termasuk sebangsa kaktus, yang tak perlu banyak air untuk menumbuhkannya.”
Panen buah naga terdiri dari tiga tingkatan. Pertama, tanaman belum menghasilkan (TBM), tetapi telah berbuah. Namun, belum begitu banyak buahnya, terhitung di bawah 50%. Terbilang sebanyak dua puluh lima kg sekali panen/minggu. Kedua, tanaman menghasilkan (TM) 1, produksinya telah mencapai 50 persen pada tahun kedua. Dan ketiga, TM 2, produksinya 100 persen, satu setengah kg/batang.
Untuk harga bibit, masih terbilang cukup mahal. “Harga bibit yang tumbuh di atas 15 cm, harganya Rp15.000/polibet. Belinya dari balai bibit yang berada di Lubuk Minturun,” ungkapnya.
Mengenai pemasarannya, dia masih seputar kota Padang saja, karena buah naga yang dipanennya belum terlalu banyak. “Saya menjualnya dengan harga Rp30.000/kg kepada penjual buah, penjual jus umumnya, dan pribadi. Sebenarnya saya ingin menjual keluar, tetapi untuk kebutuhan Kota Padang saja belum terpenuhi,” tandasnya.
Kendala yang dialaminya tak terlalu banyak dalam berkebun buah naga. Buah naga di kejar semut merah, tetapi tak terlalu banyak. Kalau semut merah itu datang, lalu merusak batang (biasanya di ujung), cukup di potong saja cabangnya yang menguning karena diganggu semut tersebut.
“Saya ingin terbentuk asosiasi petani buah naga di Sumbar, yang dapat menjelaskan bagaimana berkebun buah naga, sehingga memberi kegairahan berkebun buah naga dari petani yang lain maupun yang ingin bertani buah naga. Selain itu, hasil jual stabil serta punya langganan tetap dan mudah menjualnya,” tutupnya optimis.
Jika ada yang ingin berkonsultasi ataupun berbagi ilmu dengannya mengenai buah naga, dapat menghubunginya di nomor handphone 081363688234.
http://issuu.com/haluan/docs/haluan170711 (halaman 6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar