Bagi sebagian masyarakat yang tinggal di perumahan Belimbing, Kecamatan Kuranji, Kota Padang dan sekitarnya, pemandian Lubuak Tampuruang sudah tak asing lagi. Setiap hari libur, maupun di sore hari lokasi yang satu ini cukup ramai dikunjungi.
Terdapat sebuah air terjun kecil di obyek wisata yang persis berada Kampung Guo itu. Bentuknya seperti kolam tempurung besar berukuran sekitar 6 x 6 meter, dan dengan kedalaman sekitar 4 meter. Karena bentuk pemandiannya yang seperti tempurung, oleh sebab itu dinamakan Lubuak Tampuruang. “Dari dulu orang sini menyebutnya Lubuk Tempuruang,” tutur Riki (15), masyarakat setempat yang bersekolah di SMKN 5 Padang.
Sungai Guo mengaliri obyek wisata itu. Di sana terdapat batu-batu alam membentuk kolam tempurung besar. Di sekitarnya terdapat pohon-pohon, dan tumbuhan-tumbuhan kecil.
Untuk mencapai tempat itu, dari simpang Kampung Tanjung, Kelurahan Kuranji mesti melewati jalan tanah sekitar 4 Km, lalu berbelok ke kiri. Sekitar 100 m, ditemukanlah Lubuk Tempurung itu.
Untuk mandi di tempat itu, pengunjung mesti menuruni tebing terjal, sehingga diperlukan kehati-hatian mencapainya. “Seandainya di sini ada tangga-tangga kecil, orang-orang pasti tak akan jatuh,” tambah Riki.
Selain itu, pengelolaannya masih kalah jauh dengan pengelolaan obyek wisata pemandian di Lubuk Minturun. Jalan menuju Lubuk Minturun itu cukup bagus untuk dilalui kendaraan. Sementara jalur menuju Lubuk Tempurung melewati jalan tanah, dan berbatu sekitar 2 Km. “Kalau saja dana turun, jalan diperbaiki. Orang-orang akan lebih ramai mengunjungi tempat itu. Masyarakat bisa membangun kedai-kedai di sekitar obyek wisata, sehingga ekonomi masyarakat bisa meningkat,” kata Tasarcan (58), Ketua RW 06 setempat menuturkan harapannya untuk mendukung obyek wisata itu.
Selain dampak positif Lubuk Tempurung juga ada dampak negatifnya. “Di sekitar tempat ini kan bukit. Tak jarang para pendatang tertangkap basah sedang bersembunyi-sembunyi di semak maupun Sungai Guo ini. Pemuda menangkap lalu mengusir mereka. Kalau ingin berbuat seperti itu, jangan di tempat ini, di tempat lain saja lah. Di bawah, dekat sungai itu yang sering saya temukan,” tutur Pian (39), tukang kebun Durian di sekitar lokasi tersebut.***
http://issuu.com/haluan/docs/hln140811 (halaman 5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar