Welcome

Hai semua!

Welcome To My Blog!

Selasa, 27 September 2011

KORBAN KEBAKARAN PASAR BARU, Stok Terbakar, Mimpi Kandas

HARAPAN untuk meraup untung dari berjualan pakaian muslim menjelang Ramadhan datang, akhirnya buyar. Lisniani (50) pun kehilangan air mata untuk menangis, tenggorokannya seperti tercekik ketika melihat ruko miliknya perlahan dilalap si jago merah di kawasan Pasar Baru Padang, Sabtu petang lalu.
Lisnani menuturkan bahwa dia baru saja membeli stok untuk menyambut datangnya bulan puasa dan lebaran. “Minggu (10/7) lalu saya pergi dengan anak saya Sandri ke Bukittinggi. Saya mengajaknya berbelanja ke Pasar Aur Kuning membeli pakaian dan jilbab. Kami belanja sampai Rp12 juta,” tuturnya kepada Haluan.
Didampingi adiknya Yulnelis, perempuan itu tak kuasa menahan isak. Ia menceritakan bahwa seluruh barang yang dibelinya di Bukittinggi itu kini sudah jadi abu, tak bersisa sepotong juapun. Semakin ditanya, semakin tak bisa ia menceritakan dengan lancar.

Tapi kemudian Lisnani menyebutkan juga bahwa beberapa dokumen penting milik anaknya ikut amblas jadi abu. “Buku tabungan, polis asuransi, ijazah, dan arsip-arsip lainnya hangus terbakar. Selain itu, uang yang baru saya ambil dengan anak saya Wulan (15) dari Bank BTN sebanyak Rp23 juta sekitar seminggu yang lalu terbakar,” ujar Lisnani bersama adiknya yang satu lagi Lassuryani (43) sambung-menyambung. Anaknya Wulan memperlihatkan kartu asuransi dari sebuah maskapai asuransi jiwa yang ada di dompetnya kepada Haluan.
Ketika api tengah berkobar melumat semua mata pencahariannya itu, Lisnani serasa akan menghambur saja ke dalam api menyelamatkan rata bendanya. Tapi niatnya ditegah oleh anak lelakinya Romi Effendi. “Sudahlah ibu, ini bukan rezeki kita, biarlah terbakar,” kata Romi seperti ditirukan Lisnani.
Petang yang nahas di Pasar Baru itu, Lisnani baru masuk ke dalam rumah dan berencana menunaikan shalat Magrib. Ketika itu ia berpapasan dengan adiknya yang lain, Ujang Usu (30) alias Uncu yang juga jadi korban kebakaran. “Semula di luar atau di depan rumah, saya berbicara dengan Uncu. Tiba-tiba dari dalam saya melihat ke arah luar, tampak kobaran api yang besar. Saya kaget dan berteriak, lalu ke luar rumah, tampak Uncu telah terbakar. Romi melarikannya ke kamar mandi lalu memasukkan Uncu ke dalam bak mandi. Untung saja bak itu masih terisi air, kalau tidak Uncu pasti sudah hangus. Kemudian Uncu dilarikan ke Rumah Sakit M. Djamil Padang oleh masyarakat setempat beserta keluarga,“ katanya sambil menangis.
Lisnani mengaku amat trauma dengan kejadian itu. Ia melihat betul api hinggap di pakaian Uncu adiknya itu. Dia sendiri sebetulnya masih dalam masa pemulihan kesehatan setelah menderita sakit sejak tiga bulan lalu. Menurut Lis, dia mengalami gangguan pada paru, asam lambung, diabetes dan rematik. Kebakaran yang amat traumatik bagi dirinya membuat penyakitnya kambuh lagi.
Kemarin petang dia dibawa adiknya ke dokter. Kepada dokter yang menjadi langgannya itu dia katakan bahwa dia tidak punya uang lagi untuk beroibat setelah seluruh hartanya dilalap api. “Untung dokter Effendi mau memberi saya layanan gratis. Padahal biasanya setiap kali berobat saya mesti keluarkan uang Rp180 ribu untuk periksa. Alhamdulillah dokternya memberi saya layanan gratis,” kata Lis lagi.
Rukonya sebanyak 8 buah dan 5 buah rumah itu merupakan usahanya sekeluarga. “Semuanya milik kami sekeluarga. Kami berusaha cuma dari sana saja, sawah kami tak punya, kami merasa terpukul dengan kejadian ini. Ekonomi kami mati seketika dilalap api itu,” katanya sambung menyambung dengan adiknya, sembari mereka sesekali mengucap do’a “Astagfirullah, astagfirullah, ya Allah berikanlah ketabahan kepada kami.”
Menurut Lis, dia dan keluarganya hidup dari pinjaman bank dan usaha kost-kostsan serta ruko tersebut. Kami sekeluarga selalu meminjam di bank, saya sendiri meminjam di Bank BTN, Lassuryani di Bank Mega, Yulnelis di Bank Mandiri, Elfa Roza di Bank BNI, dan Ernadilis di Bank Mandiri. Kami tak tahu mesti mengapa lagi,” katanya.
Mereka merasa bingung dengan nasib kreditnya. “Kami tak tahu mesti berbuat apa, pinjaman kami banyak di bank. Saya berutang sebanyak Rp350 juta di Bank BTN, baru enam kali bayar. Surat-surat dan buku tabungan bank, semuanya hangus, kami tak tahu mesti berbuat apa lagi,” ucap Lisnani.
Mereka sangat berharap kepada jajaran terkait, agar dapat dibantu menghidupkan kembali usahanya kembali. “Kami berharap sekali kepada pemerintah untuk memberikan bantuan. Selain itu bank juga memberikan bantuan maupun toleransi. Ekonomi telah mati. Hanya uang sebesar Rp2,2 juta hasil penjualan tadi siang saja yang selamat, selain itu juga emas yang telah hangus sedikit yang kami dapatkan kembali,” tuturnya.
Saat ini, Lis adik beradik menginap di rumah Yulnelis adiknya yang tak jauh dari lokasi kejadian, tepatnya di dekat SMA 9 Padang. “Untuk sementara kami menginap di rumah ini dulu,” tuturnya. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar