Welcome

Hai semua!

Welcome To My Blog!

Senin, 26 September 2011

MELLYSZA L. FRIMA, Koleksi Lebih dari 1000 Komik

Berbeda dengan gadis pada umumnya. Biasanya para gadis pergi shopping (belanja), membeli baju, celana, dan asesoris. Namun, berbeda dengan gadis yang satu ini. Dia, Mellysza L. Frima yang akrab dipanggil Icha, Aoi, dan Arale ini, hobi membaca komik. “Saat ini sekitar 1000-an komik ada di kamar saya,” ucap mahasiswi UNP itu kepada Haluan.
“Saya dari jaman SD memang udah doyan baca. Perpus SD udah habis dijelajahi. Yah medan penjelajahannya sih cuma buku2 cerita bergambar waktu itu. Awal suka komik itu kalau gak salah sejak kelas 4 SD. Itupun gara-gara baca komik Dragon Ball punya abang sepupu saya, Bang Iqbal sama Bang Aan. Ternyata baca komik asyik juga. Setelah itu, saya nyoba baca komik Detektif Conan (punya abang sepupu juga). Awalnya sih gak tertarik, tapi setelah dibaca baik-baik saya jadi luar biasa penasaran sama kelanjutannya (saya masih ingat komik Conan pertama yang saya baca itu jilid 25).

Saya suka aja sama komik action kaya gitu. Makanya komik koleksi saya rata-rata berbau aksi dan misteri walaupun tetap ada komik romance. Setelah itu, setiap mampir ke rumah abang sepupu itu, jamahan pertama saya pasti rak buku-nya. Selain Dragon Ball, Detektif Conan, saya baca Doraemon. Kenapa milih itu, soalnya saya udah langganan nonton anime di Indosiar sejak TK, yang ditonton itu pastinya Doraemon (jam 08.00 WIB) terus jam 09.00 WIB Dragon Ball,” tuturnya yang membuat suasana jadi renyah.
Lebih dalam dia menuturkan alasannya kenapa suka membaca komik. “Mungkin karena ada gambar dan percakapan, jadi kita gak perlu terlalu susah menggambarkan situasi background cerita yang ada. Lagipula ekspresi para tokoh di komik bisa jadi salah satu hiburan tersendiri bagi saya. Kaya ekspresi kesal, ngambek, tertawa, dan lain-lain,” ujarnya bersemangat.
Komik pertama kali ia beli yaitu Detektif Conan nomor 2. “Itu belinya waktu kelas 5  SD. Waktu itu tuh komik dibeliin sama tante. Namanya juga anakSD, yang gak punya jajan banyak. Apa lagi hobi saya gak didukung ortu (orang tua). Tapi saya jadi freak banget soal komik itu sejak SMP. Harganya waktu itu kala ga salah Rp9.500 di Gramedia Padang,” ucapnya.
Sampai SMA ortunya masih tak mendukung hobinya itu. “Tapi, saya masih tetap ngebandel dengan beli komik-komik yang saya suka dengan sembunyi-sembunyi sambil mengais-ngais dompet sedalam-dalamnya dan berhemat buat jajan, jadi maklum kalau badan saya itu kurus ceking (anak baik jangan ditiru). Tapi, apa boleh buat, itu lah hobi yang bisa saya nikmati di tengah lingkungan sekolah SMA yang High (SMA 2 Padang) dan kurang sesuai dengan sifat dan minat saya. Tapi, lama-lama tuh komik yang numpuk udah gak bisa disembunyiin lagi,” ungkapnya.
Papanya beralasan, melarang Aoi membaca komik karena turunnya prestasi. “Biasanya dia sepuluh besar. Namun, waktu SMP prestasinya di kisaran 20-an. Oleh sebab itu, saya melarangnya,” tutur Afrizal. S. Orang tua Icha.
Sejak masuk kuliah, ortunya mulai membuka diri. “Mereka mengizinkan saya mengoleksi komik. Meskipun pada akhirnya belinya tetap pakai jajan sendiri. Lagian nilai kuliah saya gak jelek, jadi gak ada alasan buat ngelarang saya kan,” ucapnya sambil tertawa.
Sewaktu dia belum mendapat izin dari ortunya, dia mengungkapkan kalau komik itu disembunyikan di dalam lemari bajunya. “Di tumpuk-tumpuk di sudut lemari. Kalau gak muat, di taro di laci meja belajar. Terus buku pelajarannya di tumpuk dengan nistanya di atas meja belajar atau di lantai. Sampai SMP, saya kan masih sekamar sama adik cewe, sesudah pindah ke kamar sendiri baru agak leluasa nyimpan komiknya. Tepatnya di bawah kolong kasur, saya simpan komik-komik itu,” ujarnya malu-malu.
Berbeda dengan dulu, ortunya melarang hobinya itu. Sekarang mereka telah mendukung hobi Aoi ini. “Alhamdulilah udah enggak ngelarang lagi. Malahan papa bikinin rak komik buat nyusun koleksi saya. Padahal dulu papa yang paling gak ngijinin saya ngebaca komik. Rak yang dibikin papa ada 2 (masih gak cukup), terus lemari baju lama (tinggi 150cm) udah di ubah juga jadi tempat penyimpanan,” ucapnya.
Mengenai mengatur waktu membaca, dia tuturkan dengan jelas. “Ngatur waktu ya. Jujur sih saya itu tipe orang yang paling ga bisa bagi waktu. Apalagi saya paling malas belajar (terlalu jujur). Palingan bagi waktunya cuma nahan-nahan selera pas menjelang ujian doank, tapi lanjut ngebaca kalau udah bete sama diktat kuliah. Paling sering pakai sistem kebut semalam kalau mau bikin tugas kampus (sampai begadang), tapi untungnya nilai kuliah saya masih dalam zona hijau lah,” katanya sambil ketawa.
Semua komiknya ialah komik Jepang. “Semuanya yang udah di terjemahkan ke Bahasa Indonesia. Kalau yang diterjemahkan ke Bahasa Inggris sih ada. Tapi, dapatnya dari situs online. Jadi, gak berbentuk buku,” ucap gadis itu.
Di akhir pembicaraan, dia menuturkan rencana ke depannya untuk mendukung hobinya itu. “Rencananya bagian bawah kasur mau dijadikan rak juga, tapi belum sempat dibikin. Itu kamar pokoknya udah persis perpustakaan deh, tapi isinya cuma komik semua. Kalau ditanya mengenai taman baca, saya tak mau membuatnya. Karena, saya trauma sama teman-teman waktu SMA dulu. Mereka minjam komik, tapi gak dibalikin. ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar