Welcome

Hai semua!

Welcome To My Blog!

Sabtu, 07 Mei 2011

PAK TUA PENJUAL SAPU LIDI KELILING; Suntuk jika Tetap Bertahan di Rumah

MESKI dengan tubuh yang tua dan renta, namun dia tetap bersemangat mengayuh sepeda untuk menjual sapu lidinya. Dia tetap mempertahankan alat tradidisonal tersebut. Panas terik matahari, tak menjadi halangan baginya berkeliling menjual dagangannya tersebut. Dari rumahnya yang berada di Sungai Tarung, Kelurahan Bungo Pasang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, ia berkeliling masuk gang keluar gang hingga ke daerah Siteba lalu memutar ke daerah Rao menjual dagangannya tersebut.
"Dari pagi, sekitar jam 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB berkeliling menjual sapu ini. Sebelum jam 9 pagi itu, saya membantu istri kedua, Ida (40) berjualan di warung kecil rumah saya. Setelah itu, saya pun pergi berkeliling," ujar lelaki tua bernama Basri (75), yang akrab dipanggil Si Ri tersebut.
Meski anak-anak dari istri pertamanya Ros (60) yang berada di Jakarta melarangnya, namun ia tetap berjualan. Jika itu tidak dijalaninya, dia merasa suntuk di rumah. Selain itu pada masa mudanya, dia juga berprofesi sebagai pedagang.

"Dari dulu saya juga berprofesi sebagai pedagang. Ketika saya berada di Jawa, yakni di daerah Bekasi, saya juga berdagang. Namun dulunya saya tidak berdagang sapu lidi. Dulu saya menjual pakaian, dan makanan tradisional Minangkabau seperti, lamang baluo, lapek bugih, dan onde-onde dari pasar ke pasar. Pembeli saya waktu itu rata-rata masih orang Minang juga. Sebelum di Jawa, saya juga merantau ke daerah Medan, Aceh, dan Tapan (Pesisir Selatan). Di Tapan, saya berjualan dengan Kumango. Dalam Kumango itu saya menjual berbagai macam dagangan. Kalau orang dulu, pasti tahu dengan kumango itu," ujar lelaki tua berkulit gelap tersebut.
Meski pendapatan yang dihasilkan dari berjualan sapu lidi tersebut tak terlalu besar dan tidak menentu, namun dia tetap gigih berusaha. "Paling banyak saya menjual sapu lidi itu, hanya sebanyak 10 biji saja dan paling sedikit terjual sebanyak 5 biji," ujar pak tua berbadan kurus tersebut.
Sapu lidi itu didapatkannya dari daerah Pariaman. "Saya pergi kesana dengan bus, lalu berkeliling menjual dagangan sapu lidi itu dengan masuk gang keluar gang dengan mengendarai sepeda. Saya ke Pariaman, sekali dalam sepuluh hari. Sekali pembelian, saya beli sebanyak empat kodi. Lidi yang di ikat dengan rotan, saya jual dengan harga enam ribu rupiah, lidi dengan ikat tali 5000, sedangkan yang dilem dengan plastik, dijual dengan harga 7000 ribu rupiah," ujar pak tua dari Koto Tangah itu.
Kadang-kadang pembeli menawar dagangannya dengan harga rendah, namun dia menanggapinya dengan ramah. "Belum dapat lagi buk, saya cuma menjual saja. Kalau saya yang membuat, mungkin saya akan menjual dengan harga tersebut," ujar pak tua tersebut dengan ramahnya.


Setelah sekian lama tidak meliput, alhamdulillah masih bisa menulis
Dimuat di halaman 15 koran Haluan

2 komentar:

  1. ijin share link dan fotonya ya...bwat artikel ini....thnks...salam kenal..jeffri

    BalasHapus
  2. Silahkan Jeffri.

    Salam kenal juga.

    Panggil saja Vino.

    BalasHapus