Welcome

Hai semua!

Welcome To My Blog!

Sabtu, 30 April 2011

Skateboard dan BMX Mulai Berkembang

Skateboard dan BMX termasuk ke dalam olahraga rekreasi. Olahraga ini dapat memberikan hiburan bagi orang yang melihat maupun yang berkecimpung dalam dunia olahraga tersebut. Dalam perkembangan olahraga rekreasi khususnya Skateboard untuk wilayah Sumatera Barat sudah cukup berkembang, karena telah ada amatirannya yang tersebar ke luar pulau Sumatera, bahkan ridernya dari Sumatera Barat tersebut telah dikontrak oleh pihak luar. Sedangkan untuk olahraga BMX sendiri, belum mengalami perkembangan karena, olahraga ini bagi masyarakat banyak masih dianggap permainan anak-anak dalam bentuk sepeda, hal itu sangat disayangkan. Padahal olahraga BMX dan Skateboard itu sendiri bagaikan adik kakak. “Karena nama-nama trik yang dilakukan itu sama seperti, dalam BMX ada trik yang dinamai Manual di Skateboard juga ada, di BMX ada trik yang bernama three sixty di Skateboard juga ada," ujar Tomie Ganjal selaku ketua organisasi Lab-B Street Revolution yang mencakup dua komunitas Tongseng Skateboard dan Ganjal BMX.
Usaha pengembangan olahraga itu sendiri masih terbilang belum maksimal oleh Lab-B Street Revolution, karena mereka masih mengalami kebingungan mau dibawa kemana arah organisasi ini. "Dalam organisasi Lab-B Street Revolution sendiri terdiri dari dua jenis olahraga yakni, BMX dan Skateboard. Sedangkan di pusat sendiri, dua olahraga ini dipisah. Hal ini dapat dilihat dari organisasi Indonesian Skateboarding Association (ISA) dan Association BMX Indonesia (ABI). Dalam dua organisasi pusat tersebut, kalau Skateboard, ISA lah organisasinya. Sedangkan BMX, ABI lah organisasinya. Oleh karena itulah organisasi Lab-B Street Revolution mengalami kebingungan. Langkah kedepan yang akan dilakukan ialah kami harus siap dalam organisasi yang berkecimpung di bidang ini," ujar pemuda yang berambut ikal ini.

Jumat, 29 April 2011

Rumah Gadang: Lakang Dek Paneh, Lapuak Dek Hujan


KONDISI UMUM rumah gadang atau rumah asal hampir penjuru nagari di Sumatera Barat memprihatinkan. Sebagian besar sudah roboh, lapuk, dan hilang. Rumah gadang sebagai salah satu bentuk ikatan komunal atau pesukuan, nyaris tak berfungsi lagi. Apa yang menjadi faktor penyebabnya?
Pergeseran pola hidup masyarakat Minang menjadi salah satu penyebab mulai hilangnya pola dan fungsi-fungsi ruang di rumah gadang (rumah adat Minangkabau). Pergeseran itu tidak lepas dari meningkatnya aktivitas masyarakat Minang khususnya yang masih menggunakan rumah gadang sebagai fasilitas hunian.
Dari beberapa nagari-nagari, wartawan  Haluan melaporkan, kondisi rumah gadang sudah banyak yang roboh, berganti dengan bangunan lain dengan arsitektur yang disesuaikan dengan zaman kekinian. Yang memiriskan, banyak rumah gadang dibiarkan hancur dan ditelan lapuk tanpa penghuni.
Nagari Batipuah Baruah, Tanah Datar
Dari Nagari Batipuah Baruah, Tanah Datar, dilaporkan, salah satu pesukuan suku Koto di Jorong Ladang Laweh, dahulunya memiliki sebuah rumah gadang sembilan ruang  selajang kudo berlari. Di rumah gadang itulah penghulunya bergelar Dt Berbangso melakukan rapat-rapat dengan anak kemenankan. Bertahun-tahun, di rumah gadang itu tinggal beberapa keluarga, tetapi kini tinggal cerita. Rumah gadang itu kosong melompong dan lapuk.
“Sebab semuanya kini sudah tinggal di rumahnya masing-masing. Rumah gadang semakin goyah dan menunggu rubuh. Rumah gadang kami sudah lapuk karena sudah lebih usianya 100 tahun, dan belum ada rencana membangun baru,” Kata Dt Berbangso kepada Haluan, Kamis (31/3) di Batipuah Baruah.
Menurutnya, kini membangun rumah gadang seperti masa lalu memang sulit dilakukan. Kalaupun ada bangunan rumah gadang atau rumah asal yang baru, itupun kebanyakan dibangun oleh perantau yang berhasil. Bagi orang yang tinggal di kampung, membangun atau merehabilitasi rumah gadang terasa berat pada biaya.
“Jangankan membangun rumah gadang, sawah penyandang gelar saja sudah banyak tergadai akibat melemahnya ekonomi masyarakat. Menurut adat menggadai itu sebenarnya  hanya boleh dilakukan bila rumah gadang katirisan (atap bocor), mayat terbujur di tengah rumah, dan anak gadih alun balaki (bersuami),” kata HMA Dt Rangkai Basa, Ketua Kerapatan Adat Nagari Batipuh Baruah.
Bagi HMA Dt Rangkai Basa, kini yang perlu dipikirkan bersama bagaimana fungsi rumah gadang bisa hidup kembali. Artinya kalangan penghulu pesukuan bisa merumuskan persoalan-persoalan yang terjadi di tengah pesukuan masing masing dengan memungsikan rumah gadang.
Di Batipuh Baruah misalnya, dahulu terdapat  19 buah rumah gadang menurut jumlah pesukuan dari 7 suku yang terdapat di Batipuh Baruah. “Dan rumah gadang itu, sebagian terancam roboh,” katanya.
Nagari Kota Gadang, Agam
Dari Agam dilaporkan, ternyata mencari rumah gadang di nagari-nagari belahan barat Agam ini cukup sulit karena sebagian besar rumah asal sudah hancur dimakan zaman, dan hilang dibongkar pemiliknya.

RANDU OKITO WIJAYA: Mahasiswa Buka Usaha



BEGITU  banyak pemuda-pemudi, hanya sibuk dengan dunia kampus atau sekolah maupun bermain di luar rumah sambil menghambur-hamburkan uang orang tuanya.
Lain halnya dengan pemuda yang satu ini. Pada saat sekarang dia masih berstatus mahasiswa, telah berani membuka usaha sendiri berupa toko yang dimodali oleh keluarganya.
Usaha yang dirintisnya semenjak empat bulan yang lalu melalui tokonya ini antara lain, tempat pembayaran rekening listrik, telepon, speedy (internet), servis komputer serta menjual asesoris komputer, menjual makanan dan minuman serta rokok secara kecil-kecilan, kertas print, serta tabung gas.
“Prospek ke depan yang bagus daripada usaha yang lain, serta karena saya berkuliah di jurusan Sistem Komputer di Universitas Putra Indonesia (UPI), menjadi alasan saya mengapa memilih membuka usaha ini,” tandas pemuda yang bernama Randu Okito Wijaya (22), yang akrab dipanggil Randu ini.

Wanita Penambang Pasir di Sungai Gunung Nago


TERIK panas matahari tak menjadi halangan bagi wanita beranak satu itu dalam melakukan pekerjaannya sebagai penambang pasir. Dia menambang pasir di sungai Gunung Nago, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Dia menggeluti pekerjaan itu dari pagi hingga sore hari. Kepala pusing setelah mengangkat pasir itu dengan ember besar, tak menjadi halangan baginya dan dia tetap bekerja di kemudian harinya. Sungguh wanita muda yang mandiri, walaupun ada suaminya namun dia tetap bekerja di sungai itu. Ala-sannya memilih pekerjaan itu karena, ingin membantu-bantu suaminya dan tak ingin bermenung di rumahnya. Selain itu, persoalan ekonomi dan kurangnya pendidikan yang dia alami juga menjadi faktornya memilih pekerjaan itu.
Pekerjaan itu dibantu oleh suaminya Ali Amran (26) yang akrab dipanggil Aran. Namun tak jarang dia mengerjakannya sendirian.
Mulai dari merendamkan diri di sungai, mengambil pasirnya dengan skop lalu dikumpulkan ke ban dalam bekas yang telah diolah sedemikian rupa untuk menampung pasir tersebut, hingga diangkatnya pasir itu dengan ember melalui jalan yang terjal ke tepi jalan. Wanita muda itu bernama Fitria Ningsih (22) yang akrab dipanggil si Pit.

Selasa, 26 April 2011

Lab-B UNP Gelar Kejuaraan Skateboard dan BMX


Dalam rangka mempererat tali silaturahim Lab-B Street Revolution Balai Bahasa Universitas Negeri Padang (UNP) menggelar kejuaaran skateboard dan BMX dengan tema Together as one (bersama untuk satu tujuan) ini dilaksanakan di Markas Besar Lab-B Street Revolution di UNP, Air Tawar Padang, Minggu (24/4).
Pada kategori Game Hours Skate dijuarai oleh Febri dari komunitas Minang Skateboarding Association (MSA) Gor. Pada kategori Game of Skate, terpilih sebagai pemenang ialah Rio dari komunitas MSA juga. Sedangkan yang menjadi pemenang pada kategori Best Trick ialah Aldi.
Pada kategori lain yakni BMX, juara satu dimenangkan oleh Tomie Ganjal, juara dua oleh Rendra dari komunitas Bukit Tinggi BMX, dan juara tiga dimenangkan oleh Husni dari komunitas SID-X Medan. Trophy yang diterima ialah berupa piala dan uang.
Kegiatan yang dilaksanakan di markas besar Lab-B Street Revolution ini, walaupun dengan fasilitas seadanya, namun mereka tetap bisa melaksanakannya. Selain kendala minimnya fasilitas, datangnya hujan serta gerimis juga menjadi kendala lain dari kegiatan ini. Karena datangnya hujan tersebut, kegiatan berhenti sementara di siang dan sore hari, serta Fun Game yang direncanakan untuk kategori Skateboard juga tidak dapat dilaksanakan.

Selasa, 12 April 2011

Melongok Usaha Batu Nisan: Tak Pernah Sepi Pesanan

Dibawah bengkel kerja sederhana yang berada disamping jembatan Purus, terlihat seorang lelaki tua yang gigih mengolah batu nisan, pusara, dan prasasti. Dengan sendok semen dia mengaduk dan mengolah karyanya tersebut.
Lelaki tua itu bernama Burhan (64), yang akrab dipanggil Buyuang Tando (Buyung Tanda). Pekerjaan membuat batu nisan, pusara, dan prasasti menjadi mata pencahariannya untuk menghidupi keluarganya.
“Ini usaha orangtua saya sejak 1953. Setelah beliau meninggalkan kami, tahun 1995 saya melanjutkan pekerjaan ini,” ujarnya pada Haluan, Senin (11/4) dengan bangga.
Pria yang akrab disapa Buyuang Tando ini sangat optimis menggeluti usaha ini. Dari usaha ini sebulannya ia bisa menggantongi 5 juta rupiah. Itu angka minimal, jika banyak orderan, dalam sehari ia bahkan kadang-kadang menerima 3 juta dalam sehari. “Seharinya, minimal 2 pesanan nisan, harganya 300-an,” terangnya.

Senin, 11 April 2011

Pasar Malam Ramai Dikunjungi

Terjadinya permasalahan di Pasar Raya Padang berdampak terhadap meningkatnya penjualan pedagang di pasar malam Jalan Bypass-Balai Baru, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Harga murah, produk berkualitas merupakan faktor yang menyebabkan mereka eksis menjual dagangannya. Walaupun mereka menjual dagangannya di malam hari, namun pembeli tetap saja banyak.
Hal itu dikarenakan para pembeli sibuk beraktifitas di siang hari, baik itu di kantor, sekolah, maupun yang lainnya, sehingga pasar malam menjadi ramai dikunjungi pada malam hari.
Walaupun banyak pesaing, namun para pedagang itu tetap bertahan cukup lama. Terhitung mulai tahun 2004 bertahan hingga sekarang di Jalan Bypass-Balai Baru itu.
"Saya membuka tokonya sekitar pukul 15:30 WIB. Toko di tutup sekitar jam 23:00 WIB di hari biasa (Senin-Jum'at), sedangkan di hari libur (Sabtu dan Minggu) hingga pukul 24:00 WIB," ujar salah seorang pedagang.

Senin, 04 April 2011

MUHAMMAD NUR, PENGAJAR FAKULTAS SASTRA UNAND: LKAAM Harus Menaruh Perhatian Serius


Benarkah pergeseran pola hidup masyarakat Minangkabau, menjadi penyebab hilangnya pola dan fungsi-fungsi ruang di rumah gadang?
Ya, benar sekali. Saya juga mendapatkan kabar tersebut. Pergeseran pola hidup Minangkabau, khususnya Sumbar, menjadi penyebab hilangnya pola dan fungsi-fungsi dari rumah gadang. Hal itu dikarenakan gaya hidup masyarakat yang modern dan kecenderungan masyarakat membangun rumah gadang seperti gaya rumah modern saat ini. Rumah gadang dulunya diagungkan oleh masyarakat Minangkabau di masing-masing nagari, namun sekarang dianggap tidak terlalu penting. Hal ini dapat dilihat dari kondisi-kondisi Rumah Gadang yang semakin lapuk dan tak terurus.
Apa yang melatarbelakangi permasalahan ini, sehingga Rumah Gadang kehilangan marwahnya?
Hancurnya Rumah Gadang dan nagari-nagari yang ada di Sumbar ini dan hilangnya marwahnya dilatarbelakangi oleh tiga faktor. Pertama, kecenderungan faktor umur dari Rumah Gadang tersebut. Kedua, biaya pemugaran atau pun pembangunan Rumah Gadang, membutuhkan biaya yang mahal. Ketiga, kecenderungan masyarakat Minangkabau untuk pergi merantau.
Apakah robohnya Rumah Gadang sekaligus merobohkan adat dan kebudayaan Minang?

Pantai ATB Dipenuhi Sampah


Kondisi kawasan pantai di sepanjang Kelurahan Air Tawar Barat (ATB), Kecamatan Padang Utara tidak sedap dipandang mata karena di tempat ini banyak ditemukan berbagai jenis sampah hingga bangkai binatang seperti ayam, kucing, dan anjing.

"Bangkai Ayam paling sering ditemukan oleh masyarakat. Baunya sangat menyengat dan menganggu pernapasan," kata warga pantai Parkit, Kelurahan Air Tawar Barat, Syamsir Alam (60) Minggu (3/4).

Dari pengakuannya, sebagian besar dari bangkai yang ditemukan warga, langsung dikuburkan. Namun tidak jarang pula, bangkai itu tetap dibiarkan. "Memang ada inisiatif dari warga untuk membersihkannya. Akan tetapi masalah itu hampir terjadi tiap hari, sehingga membuat warga jadi tidak peduli lagi," ujarnya.

Balap Liar Terus Menggila


Balapan liar di Jalan Khatib Sulaiman membuat warga resah. Pasalnya, selain membawa kendaraan dengan kecepatan tinggi dan ugal-ugalan, knalpot racing motornya juga membuat bising telinga yang mendengar. Tidak jarang pula, pengendara kendaraan lain menjadi terganggu, oleh aktifitas balap liar tersebut.

Sabtu, 02 April 2011

Pengembangan Bakat Melalui Street Sport



              Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak bagi kami. Hal itu dikatakan Jojo (19 tahun), mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) angkatan 2009, dalam memandang aktivitas skateboard sebagai wadah untuk pengembangan bakat dan bersosialisasi.
              Jojo adalah  anggota Komunitas Balai Bahasa Extreme Sport. Komunitas yang berdiri sekitar 5 bulan lalu ini mencakup berbagai kegiatan seperti atraksi sepeda BMX dan Skateboard. Komunitas yang telah beranggotakan 37 orang, mayoritas berasal dari warga kampus UNP.
Keterbukaan, kebersamaan dan tanpa memandang status apa pun ditanamkan dalam interaksi sosial dari dalam maupun  luar komunitas ini. Komunitas yang acapkali berkumpul dan mengekspresikan bakatnya di kampus UNP dan bukanlah pemandangan yang asing bagi warga UNP di setiap sore pada hari perkuliahan. Dengan menampilkan freestyle yang menarik  menjadi hiburan tersendiri untuk mengendorkan syaraf otak mahasiswa, karena seharian bergelut dengan teori dan metode akademik.